Puncak Mahameru, Sebuah Catatan Perjalanan
Oleh: H K | 16 December 2011 | 00:59 WIB
Oleh: H K | 16 December 2011 | 00:59 WIB
Setelah beberapa lama, akhirnya cerita perjalanan ini selesai kutulis, semoga dapat bermanfaat bagi kalian yang mau menikmati alam SEMERU.
Perjalanan menuju lantai tertinggi pulau Jawa sudah terpatri dalam jiwaku sejak lama, namun baru bisa terwujud pada 9 September 2011. Lima hari melarikan diri dari ramai dan padatnya Jakarta, menuju Puncaknya para dewa, Mahameru.
Selepas pukul 14.00 hari itu, 9 September 2011, kereta ekonomi Matarmaja jurusan Pasar Senen, Jakarta – Kota Baru, Malang memulai perjalanannya yang panjang. Berhubung waktu itu masih berdekatan dengan libur Lebaran, maka kereta itu masih penuh sesak dengan penumpang yang membuat aku dan 9 temanku dari Nomaden Boats Adventure terpaksa duduk di lantai kereta yang berbatasan dengan gerbong masinis di sepanjang perjalanan itu. Dan dengan terpaksa pula, kami menutup pintu-pintu di samping kiri dan kanan kami dengan carrier-carrier besar kami agar tidak dilalui orang-orang. Maaf yahh..
Tarif kereta Matarmaja : Rp. 51.000,-/orang
Perjalanan menuju lantai tertinggi pulau Jawa sudah terpatri dalam jiwaku sejak lama, namun baru bisa terwujud pada 9 September 2011. Lima hari melarikan diri dari ramai dan padatnya Jakarta, menuju Puncaknya para dewa, Mahameru.
Selepas pukul 14.00 hari itu, 9 September 2011, kereta ekonomi Matarmaja jurusan Pasar Senen, Jakarta – Kota Baru, Malang memulai perjalanannya yang panjang. Berhubung waktu itu masih berdekatan dengan libur Lebaran, maka kereta itu masih penuh sesak dengan penumpang yang membuat aku dan 9 temanku dari Nomaden Boats Adventure terpaksa duduk di lantai kereta yang berbatasan dengan gerbong masinis di sepanjang perjalanan itu. Dan dengan terpaksa pula, kami menutup pintu-pintu di samping kiri dan kanan kami dengan carrier-carrier besar kami agar tidak dilalui orang-orang. Maaf yahh..
Tarif kereta Matarmaja : Rp. 51.000,-/orang
Butuh waktu lebih dari 15 jam untuk sampai di Kota Malang, yang membuat kami semua penasaran dan bosan menikmati kerasnya lantai kereta itu dan juga bisingnya suara mesin kereta. Kurang lebih sekitar pukul 08.00, 10 September 2011, kami tiba di Stasiun Kota Baru, Malang. Tanpa banyak urusan, kami pun memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Pasar Tumpang dengan terlebih dulu membeli se-plastik gorengan sebagai bekal sarapan di jalan.
Tawar-menawar tarif pun berlangsung dan kami mendapatkan kesepakatan dengan supir angkot yang akan mengantarkan kami ke Pasar Tumpang dengan tarif Rp. 9000,-/orang. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke pasar tersebut, pasar di mana kami harus berganti kendaraan dari angkot menjadi jeep yang akan mengangkut kami melewati jalan yang berpasir, berbatu dan terjal menuju desa terakhir di kaki Semeru, Ranu Pani.
Tawar-menawar tarif pun berlangsung dan kami mendapatkan kesepakatan dengan supir angkot yang akan mengantarkan kami ke Pasar Tumpang dengan tarif Rp. 9000,-/orang. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke pasar tersebut, pasar di mana kami harus berganti kendaraan dari angkot menjadi jeep yang akan mengangkut kami melewati jalan yang berpasir, berbatu dan terjal menuju desa terakhir di kaki Semeru, Ranu Pani.
Di pasar Tumpang, tepatnya di depan Alfamart, di situlah biasanya jeep-jeep untuk ke Gunung Bromo atau ke Ranu Pani ngetem menunggu penumpang. Di tempat itu juga ada semacam petugas tak resmi yang akan memeriksa kelengkapan surat pendakian sebelum mendaftarkan diri di Pos Pendaftaran guna mendapatkan Surat Ijin Pendakian Gunung Semeru.
Tarif Jeep dari Pasar Tumpang-Ranu Pani : Rp. 450.000/jeep.
Di seperlima jarak perjalanan, Bapak supir memberhentikan kami di sebuah bangunan hijau untuk mendaftarkan diri sebelum masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Syarat-syarat mendapatkan Surat Ijin Pendakian :
- Foto copy KTP
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Rp. 7.500,-/orang untuk tiket dan asuransi
Di tempat itu pula ditegaskan kalau pendakian Gunung Semeru hanya diijinkan dan dilindungi sampai Pos Kalimati, dan jikalau masih mau nekat menuju Puncak Mahameru, berarti segala resiko menjadi tanggung jawab diri sendiri. Peringatan itu terus bergema di kepalaku, iya padahal aku sudah tahu itu sejak dari Jakarta melalui cerita-cerita pendaki yang baru saja mendaki Semeru, tapi tekad tuk mencoba berdiri di Puncak Mahameru sudah bulat dan aku akan terus melaju dengan doa dan juga semangat pantang menyerah.
Tarif Jeep dari Pasar Tumpang-Ranu Pani : Rp. 450.000/jeep.
Di seperlima jarak perjalanan, Bapak supir memberhentikan kami di sebuah bangunan hijau untuk mendaftarkan diri sebelum masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Syarat-syarat mendapatkan Surat Ijin Pendakian :
- Foto copy KTP
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Rp. 7.500,-/orang untuk tiket dan asuransi
Di tempat itu pula ditegaskan kalau pendakian Gunung Semeru hanya diijinkan dan dilindungi sampai Pos Kalimati, dan jikalau masih mau nekat menuju Puncak Mahameru, berarti segala resiko menjadi tanggung jawab diri sendiri. Peringatan itu terus bergema di kepalaku, iya padahal aku sudah tahu itu sejak dari Jakarta melalui cerita-cerita pendaki yang baru saja mendaki Semeru, tapi tekad tuk mencoba berdiri di Puncak Mahameru sudah bulat dan aku akan terus melaju dengan doa dan juga semangat pantang menyerah.
Setelah melewati jalan berdebu, berbatu, berpasir, tengah hari akhirnya kami sampai di Desa Ranu Pani, di sana ada sebuah danau yang dipenuhi oleh tumbuhan berwarna coklat, entah itu apa, yang membuat danau itu kurang sedap dipandang mata. Menyerahkan surat-surat ijin pendakian kepada sekretarian TNBTS, Mandi, makan dan packing terakhir pun dilakukan setelah sampai di sana.
Perjalanan selanjutnya adalah melangkah menuju Ranu Kumbolo (2400 MDPL) yang seharusnya ditempuh sekitar 3-4 jam perjalanan, tapi kami hampir 6 jam karena diselingi oleh gelak tawa dan juga break yang terus menerus.
Tiba di Ranu Kumbolo, kami langsung mendirikan tenda, memasak dan juga mengistirahatkan tubuh kami guna menempuh perjalanan esok harinya.
11 September 2011, pukul 06.05 matahari mulai menyembul keluar di antara 2 bukit di depan tenda kami, membuat kabut-kabut yang bertebaran di atas air Ranu Kumbolo terlihat menarik tuk diabadikan, persis lagu Dewa 19 kala itu, berselimut kabut Ranu Kumbolo. Salah satu pengalaman terindah dalam hidupku yang takkan pernah terlupakan.
Tiba di Ranu Kumbolo, kami langsung mendirikan tenda, memasak dan juga mengistirahatkan tubuh kami guna menempuh perjalanan esok harinya.
11 September 2011, pukul 06.05 matahari mulai menyembul keluar di antara 2 bukit di depan tenda kami, membuat kabut-kabut yang bertebaran di atas air Ranu Kumbolo terlihat menarik tuk diabadikan, persis lagu Dewa 19 kala itu, berselimut kabut Ranu Kumbolo. Salah satu pengalaman terindah dalam hidupku yang takkan pernah terlupakan.
Setelah berpuas diri menikmati pagi di Ranu Kumbolo, kami bergegas jalan menuju Pos Kalimati. Untuk bisa sampai ke sana, kami harus melalui Tanjakan Cinta (satu tanjakan menyerupai bentuk hati yang banyak dipercaya orang kalau kita bisa melewatinya sambil membayangkan pasangan kita tanpa menengok ke belakang, maka pasangan kita itu akan menjadi jodoh kita, katanya. Tapi rasanya akan sangat menyesal kalau tidak menoleh ke belakang saat berdiri di tengah tanjakan cinta, karena pemandangannya sangatlah bagus sekali, awesome.), Oro-oro Ombo (hamparan padang yang sangat luas dan panjang membentang di depan mata setelah tanjakan cinta, jadi teringat sama film india kala melewati tingginya ilalang-ilalang di Oro-oro Ombo), dan sebuah bukit yang lumayan tinggi.
Sebenarnya jalur pendakian Semeru mulai dari Ranu Pani sampai ke Kalimati tidaklah begitu parah, maksudku jarang sekali ada tanjakan yang sangat panjang, yang ada malah bonus teruus, tapi sepertinya di situlah kesabaran kita dilatih oleh Semeru, jalur yang panjang itu mencoba meneguhkan keyakinan kita untuk terus melaju menuju Puncak Semeru.
Di sepanjang perjalanan ini, kami menemui banyak sekali pendaki asing yang juga mau dan sudah mendaki ke Puncak Semeru, sebuah kebanggan buatku, orang Indonesia melihat mereka menghargai keindahan alam Indonesia, jadi kalau mereka seperti itu, maka kitapun wajib menghargai dan menjaga alam negeri kita yang indah ini.
Kalimati (2700 MDPL) adalah pos terakhir yang diwajibkan untuk para pendaki mengakhiri perjalanannnya, karena pendakian menuju Puncak Mahameru sebetulnya masih ditutup. Seorang pendaki senior asal Malang yang ikut mendaki bersamaan dengan kami malah mengucapkan kalimat yang agak keras kepada kami : “pikir kembali kalau mau mendaki ke puncak, karena kalo ada apa-apa setelah kalimati, kamu gak akan ditanggung oleh asuransi! Hidupmu itu pilihanmu”.
info : di Pos Kalimati terdapat mata air Sumber Mani kira-kira 1 kilometer (1 jam perjalanan pulang-pergi dari Kalimati)
info : di Pos Kalimati terdapat mata air Sumber Mani kira-kira 1 kilometer (1 jam perjalanan pulang-pergi dari Kalimati)
Dari sore hari aku dan teman-teman yang berniat untuk ke puncak bersama dengan para pendaki lainnya yang ada di kalimati sudah masuk ke dalam tenda guna beristirahat dan nanti pukul 00.00 (12 September 2011) mulai pendakian ke Puncak Mahameru (summit attack). Dari 10 orang, hanya 7 orang dari tim kami yang siap mendaki ke puncak, ditambah sekitar 30an orang dari berbagai daerah yang sudah memenuhi kalimati tengah malam itu. Sebelum berjalan, kami berdoa bersama meminta perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar menjaga kami semua selamat sampai kembali ke kalimati. Puji Tuhan cuaca tengah malam itu sangat bagus, bulan bersinar terang dan bintang-bintang bertebaran di belantara langit.
Setelah Pos Kalimati kami melewati Arcopodo, dan setelah itu sampailah kami di batas vegetasi. Dulu di tempat ini dinamakan Cemoro Tunggal karena ada satu pohon yang digunakan pendaki sebagai penanda untuk turun dari Puncak Semeru, tapi kini pohon cemara itu sudah tidak ada entah sejak kapan. Dan yang ada di hadapan kami saat ini hanyalah pasir, debu dan batu yang tersusun berantakan menjulang tinggi menembus awan. Ya, ujian sesungguhnya menuju Puncak Mahameru ada di sini. Aku merasa sangat kecil, tak berdaya di tengah maha besarnya puncak curam di hadapanku. Setiap mencoba melangkah dua pijakan, aku turun satu langkah, pasir-pasir dan batu ini begitu menguras tenaga dan semangat. Setiap melihat ke atas, yang terlihat hanyalah batuan besar tiada habisnya, seakan puncaknya takkan sanggup kugapai. Tapi aku terus melangkah tanpa menghiraukan apa-apa, karena tekad ini sudah bulat.
Setelah Pos Kalimati kami melewati Arcopodo, dan setelah itu sampailah kami di batas vegetasi. Dulu di tempat ini dinamakan Cemoro Tunggal karena ada satu pohon yang digunakan pendaki sebagai penanda untuk turun dari Puncak Semeru, tapi kini pohon cemara itu sudah tidak ada entah sejak kapan. Dan yang ada di hadapan kami saat ini hanyalah pasir, debu dan batu yang tersusun berantakan menjulang tinggi menembus awan. Ya, ujian sesungguhnya menuju Puncak Mahameru ada di sini. Aku merasa sangat kecil, tak berdaya di tengah maha besarnya puncak curam di hadapanku. Setiap mencoba melangkah dua pijakan, aku turun satu langkah, pasir-pasir dan batu ini begitu menguras tenaga dan semangat. Setiap melihat ke atas, yang terlihat hanyalah batuan besar tiada habisnya, seakan puncaknya takkan sanggup kugapai. Tapi aku terus melangkah tanpa menghiraukan apa-apa, karena tekad ini sudah bulat.
Pukul 07.00, aku bersama satu temanku masih mencoba melangkah di tengah keterbatasan air, karena persediaan air tertinggal di bawah bersama teman-temanku yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian ke puncak karena kendala fisik. Kami berdua sempat berujar kalau sampai 07.30 kami belum sampai di puncak, maka mau tidak mau kami harus turun, daripada kami mengantar nyawa kami sendiri.
07.35 kami bertemu pendaki senior dari Malang bersama temannya yang sedang asyiknya duduk sambil makan biskuit. Aku keluarkan coklat yang kubawa di tas kecilku, dan kami bertukar cemilan sambil aku meminta air yang mereka bawa. Mereka sengaja menunggu pendaki lainnya di bawah mereka sambil menunggu juga 2 teman mereka yang ternyata memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian ke puncak.
“mas, puncaknya masih jauh gak nih?”, tanyaku dengan cemas.
“itu setelah puncak bayangan itu, kita belok kiri trus naik sedikit, sampai deh”, jawabnya dengan santai.
Ya, akhirnya berbekal jawaban pendaki yang sudah lebih dari 8 kali sampai di Puncak Mahameru, semangatku kembali menyala, kubakar tenagaku, terus melangkah, berlari, terjatuh, merangkak dan akhirnya aku sampai di Puncak Mahameru, Puji Tuhan..!!
“itu setelah puncak bayangan itu, kita belok kiri trus naik sedikit, sampai deh”, jawabnya dengan santai.
Ya, akhirnya berbekal jawaban pendaki yang sudah lebih dari 8 kali sampai di Puncak Mahameru, semangatku kembali menyala, kubakar tenagaku, terus melangkah, berlari, terjatuh, merangkak dan akhirnya aku sampai di Puncak Mahameru, Puji Tuhan..!!
Tepat 08.05 aku tersungkur di lantai tertinggi pulau ini, 3676 MDPL bersama seorang temanku dan juga 2 pendaki dari Malang. Puji syukur kepada Tuhan tak henti-hentinya mengalun dari bibirku. Melihat bibir dari kawah Jonggring Saloka, puncak-puncak gunung di sekitar Semeru, batu kenangan akan Soe Hoek Gie, memegang pasir Puncak Mahameru, berfoto-foto ria, dan sekedar memandang sekeliling lalu menyimpannya di lubuk hati, masih teringat sampai saat ini kegiatan itu.
Tak boleh sampai siang untuk bisa menikmati berdiri di Puncak Mahameru karena sekitar pukul 10 arah angin akan berubah dan gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka akan bertiup menuju Puncak Mahameru.
Perjalanan turun sangatlah mengerikan, karena aku harus menahan beban tubuhku kita agar tidak terpelanting di hamparan pasir dan batu yang licin itu. Dibutuhkan sekitar 2 jam untuk kembali ke Kalimati dari Puncak Mahameru.
Mahameru dan alamnya yang luar biasa indahnya mengajarkan banyak hal bagi diriku, dan sepertinya aku akan kembali ke sana satu saat nanti untuk kembali menikmati indahnya ciptaan Tuhan bernama Gunung Semeru
Perjalanan turun sangatlah mengerikan, karena aku harus menahan beban tubuhku kita agar tidak terpelanting di hamparan pasir dan batu yang licin itu. Dibutuhkan sekitar 2 jam untuk kembali ke Kalimati dari Puncak Mahameru.
Mahameru dan alamnya yang luar biasa indahnya mengajarkan banyak hal bagi diriku, dan sepertinya aku akan kembali ke sana satu saat nanti untuk kembali menikmati indahnya ciptaan Tuhan bernama Gunung Semeru
1xBet Korean betting in korea - legalbet.co.kr
BalasHapus1xBet Korean 1xbet korean betting in korea is licensed and regulated by the Korean Gambling deccasino Authority, the gaming industry's body. 1xBet, choegocasino Kocole,